Tentang Qiraati dan segala hal yang berkaitan

Tak Ada Komen


 
BAB I SEJARAH PENEMUAN QIRAATI
1.       Dengan perjalanan yang lama
2.       Mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis ta’lim
3.       Mengambil kesimpulan dan menyusun hal-hal yang perlu disampaikan pada anak didik
A.      Awal mengajar (tahun 1963)
-          Dengan turutan (kaidah Baghdadiyyah) tetapi kemudian merasa kurang puas
-          Membeli buku praktis membaca tetapi kemudian merasa tidak cocok
-          Akhirnya menyusun sendiri ( dengan disusun tanpa eja) mengambil contoh dari kalimat al-qur’an
B.      Pelajaran bacaan mad (bacaan panjang)
-          Banyak guru yang kurang waspada dengan bacaan mad (mad Thobi’i) . akhirnya beliau menyusun pada malam hari dan esoknya langsung diajarkan. Kalau kesulitan, maka karangan tersebut disobek, kalau mudah diterima, karangan tersebut disimpan.
-          Tersusun ...........
C.      Empat serangkai huruf sukun
-          Dari majlis yang dibentuk beliau dengan sahabatnya Ust. Abdul Wahid
-          Banyak anggota yang salah baca terhadap huruf lam sukun ()
-          Disusun pelajaran lam sukun kemudian ditambah dengan al qomariyah
D.       Nama Qiraati
-          Ba’da Isya beliau bertamu kepada Ust. Junaidi dan mengusulkan dngan nama qiraati
-          Ba’da shubuh beliau bertamu dengan ust. Syukri Taufiq (Guru Ust. Junaidi) tanpa menceritakan pendapat ust junaidi tentang penamaan qiraati, beliau  pun juga mengusu;kan nama qiraati
-          Akhirnya karangan beliau diberi nama qiraati
E.       Tashih KH. Arwani Kudus
-          karena beliau memiliki rasa tawadhu’ terhadap para ulama, beliau pun merasa takut terhadap Ulama’ Al-Qur’an karena telah menyalahi hukum dalam  mengajar membaca al-Qur’an
-          salah seorang walimurid bernama H. Ja’far mengajak beliau untuk sowan kepada KH. Arwani Kudus dengan membawa serta buku karangannya tersebut.
-          Saat sowan beliau merasa takut ketika diteliti satu persatu.
-          KH. Arwani memberi tanggapan tersusunnya berjilid-jilid agar timbul semangat berlomba-lomba.
-          Disaksikan H. Ja’far,  KH. Sya’roni dan dua putra, KH. Arwani memberi restu terhadap buku qiraati dan beliau (KH. Arwani) menyatakan “kandaho karo guru-guru ngaji nek arep ngajar nganggo bukumu kui” (katakan pada guru-guru ngaji, kalau ingin mengajar, pakailah bukumu itu)
-          Tashih tersebut disampaikan kepada KH. Turmudzi Taslim
-          Mulai saat itu mulailah Qiraati dikenal
F.       Perintis TK Al-Qur’an
-          Hingga awal tahun 1986, KH. Dachlan Salim berhasil mendidik anak usia 7 tahun ke atas dengan sistem sorogan
-          Bulan mei 1986 beliau bersilaturrahim ke Pon Pes Al-Qur’an anak-anak (usia 4th keatas) Mambaul Hisan sedayu Gresik.
-          Kunjungan tersebut menghasilkan beberapa hal
a.       Rasa kasihan dan prihatin terhadap anak kecil yang terpisah dari orang tua yang notabenenya masih membutuhkan kaksih sayang mereka
b.      Hasil bacaan al-Qur’annya belum sesuai dengan yang diharapkan(Tartil)
c.       Anak balita mampu diajari al-Qur’an
-          Menyusun kembali Qiraati untuk usia 4th (TK) dari yang 10 jilid
-          Pada tanggal 1 juli 1986 beliau membuka pondok al-Qur’an untuk anak-anak 4-6 tahun. Masyarakat memberi nama TK Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin dengan jumlah anak didik sebanyak 26 anak yang 3 bulan kemudian membengkak hingga 70 anak didik.
-          Sistem pengajarang lebih diperbaiki
G.     Perkembangan Qiraati
Tahun 1963 Pon al-Qur’an RM didirikan dengan buku 10 jilid
Tahun 1970 buku qiraati beredar disekitar Semarang.
Tahun 1980an mulai beredar di luar kota semarang terutama di jogja (Bp.. As’ad Humam)
Dalam waktu kurang dari 1 tahun seminggu sekali mulai banyak reaja yang bisa membaca al-Qur’an
Dalam waktu 21 bulan ada sekitar 200 anak lancar membaca di yogyakarta (14 april 1983)
Tahun 1984 teesusun qiraati3 jilid untuk tingkat umum
18 April 1987 Tersusun Qiraati 6 Jilid unuk SD/MI
1 Juli 1986 didirikan TK Al-Qur’an pertama di indonesia dengan 8 jilid.
Juli 1988 beliau mendirikan pasca TKQ/TPQ
Maret 1989 tersusun qiraati untuk mahasiswa 2 jilid
Qiraati TK 10-8-6 Jilid
1 Januari 1990 tersusun qiratiuntuk SLTP/SLTA 3 jilid
1 janari 1991 tersusun qiraati untuk Pra TK (3-4 Tahun) 1 Jilid beserta peraganya
Tahun 1991 dimulai pendidikan menghfal al-Qur’an Untuk anak usia SD
Tersusun Qiratiuntuk SD 4 Jilid
Qiraati Masuk di Malaysia
23-24  Oktober 1994 Silaturahmi Koordinator Qiraati di semarang untuk pertama kalinya
11-13 Juli 1996 Peringatan dasawarsa TK-TPQ Di Indonesia dengan festival baca tartil al-Qur’an anak-anak dibawah usia 10 dan 7 tahun
25-27 Oktober 1996 Silaturrahmi Koordinator Qiraati ke 2 di Gresik
H.      Perkembangan pengajaran Al-Qur’an untuk anak
Perkembangan Islam (Ilmu Islam)tidak terlepas dari perkembangan baca tulis arab, bahkan pengembangan huruf al-Qur’an mengingat penyempuraan huruf huruf arab pada mulanya dikaitkan dengan kesempurnaan membaca al-Qur’an
 DARUL QUR’AN
Imam Syafi’i adalah Ilmuwan muslim yang belajar al-Qur’an bahkan hafal 30 Juz dibawah usia 10 tahun
Ibnu Taimiyah ketika berumur 10 tahun sudah belajar al-Qur’an dan ilmu nahwu
Ibnu Sina ketika berumur 10 tahun telah mengenal al-Qur’an dan menguasai ilmu nahwu
Imam Thobari pada saat usia 10 tahun telah tamat menghafal al-Qur’an

Awal Nabi Berdakwah tercatat 17 Pria dan 5 wanita telah mampu baca tulis al-Qur’an
1.       Umar bin Khottob
2.       Ali bin abi tholib
3.       Utsman Bin Affan
4.       Abu ubaidah bin al jarrah
5.       Tholhah
6.       Yazid  bin abi sufyan
7.       Abu hudzaifah bin ‘uthbah
8.       Hathib bin ‘amr
9.       Abu salamah bin abdul as’ad  al mahzumi
10.   Abah bin sa’id bin ash bin umayyah
11.   Abdul bin  bin abu sarh al amiri
12.   Khalid bin sa’id
13.   Huwaithib bin abdul ‘uzza
14.   Abu sufyan bin harb
15.   Muawiyah bin abi sufyan
16.   Juhaim bin al shalit
Dari pihak wanita
1.       Hafsah istri nabi
2.       Ummu kultsum bin abi sufyan’
3.       Aisyah binti sa’d
4.       Al-Syifa bnti abdillah al adawiyyah
5.       Karimah binti al miqdad
Penyebaran al-Qur’an sangat cepat dikalangan orang arab ditunjang dengan dengan keberadaan ahli al-Qur’anmenyebarluaskan pengajarang al-Qur’an
Di madinah di zaman nabi berdiri Darul Qur’an dan tentunya yang  belajar juga anak-anak
Mereka mengembangkan al-Qur’an antara lain yang mendatangi kabilah-kabilah dari satu dusun ke dusun yang lain atau mereka di datangi
Dari penyebaran para sahabat akhirnya muncul imam qiro’ah sab’ah
I.        Perkembangan Huruf Hijaiyyah
Awal mula tulisan al-Qur’an adalah tanpa titik dan harokat,          setelah agama islam berkembang ke luar daerah arab tentunya mereka kesulitan dalam mempelajari al-Qur’an
Karena itulah walibashah (ziyad bin bin sumayyah) meminta kepada abu aswad ad-du’ali agar menciptakan suatu cara yang dapat menghilangkan kesulitan orang membaca al-Qur’an
Awalnya abu aswad enggan memenuhinya setelah disodori orang membaca awal surat at-taubah yang salah, akhirnya dipenuhi permintaan tersebut
Abu al aswad memilih abul;  qais untuk membantunya dan meminta kepadanya untuk memberi tanda titik sesuaidengan perintahnya
Titik atas untuk melambangkan fathah
Titik bawah untuk melambangkan kasroh
Titik di samping kiri menandakan dhummah
Dua titik menandakan tasydid
Hal ini terjadi kira kira pada saat 40-60 H / pada masa khalifah muawiyyah
Di waktu kholifah abdul malik bin marwan (65-86 H) dilakukan penyempurnaan lebih lanjut dengan menambah titik pada huruf-huruf yang ada kemiripan oleh 2 orang murid abi aswad yaitu nashr bin ‘ashim al luayyi dan yahya bin ya’mar
Disempurnakan lagi dengan bentuk syakl oleh al khalid  bin ahmad (100-170 H)
Pada tahun 272 H  pada masa wazir ibn muqlab bentuk tulisan arab khot kufi diperindah seperti sekarang kita dapai
Disempurnakan pada batasan satu surat kepada yang lainnya
Di helaskan turunnya ayat dan batasan ¼, ½ dll
J.        Lembaga-lembaga pendidikan untuk anak
Pada zaman abbasiyah terjadi peningkatan pendidikan
1.       Pendidikan tingkat rendah (kuttab) yang diajarkan terutama baca al-Qur’an
2.       Pendidikan tingkat menengah di masjid atau majlis ta’lim
3.       Pendidikan tingkat tinggi ada yang di masjid ada yang di baitul hikmah di baghdad dan darul ilm di mesir
Dalam kuttab biasanya yang di ajarkan adalah membaca al-Qur’an dan menghafalkannya
Serta praktik wudlu, sholat, puasa , tarikh, nahwu, doa, berhitung dll
Umur memasuki kuttab semuanya berumur 7 tahun
Menurut ibn hazm usia ideal belajar anak adalah umur 5 tahun
Sistim mengajar masih individual
K.      Metode pengajaran al-Qur’an
Keberhasilan suatu keaktifan belajar mengajar ditentukan beberapa faktor seperti :
-          Faktor pengajar
-          Faktor lingkungan
-          Faktor sarana
-          Faktor anak didik
-          Faktor sistem dan metode yang dipakai
Peran terpenting adalah faktor pengajar dan metode
Agar mudah diterima anak-didik diperlukan adanya suatu metode atau cara
Al-Ghazali berkata “Guru hendaklah membatasi dirinya dalam berbicara dihadapan anak didik sesuai dengan kemampuan meraka . jangan berikan sesuatu yang tidakdapat ditangkap akal mereka.
Kewajiban utama guru adalah mengajar kepada anak apa yang gampang dan mudah dipahami oleh mereka.
Metode pertama : Musyafahah (menghafal dihadapan guru)
-          Orang arab terkenal kuat hafalannya
-          Sarana baca tulis/alat tulis belum banyak
-          Mereka terbiasa menyebutkan sebuah hadits lengkap dengan urutan sanadnya sampai nabi.
-          Ada syi’ir mengatakan
-          Syair-syair yang berkembang dizaman jahiliyyah terekam dalam ingatan mereka. Diriwayatkan dari mulut ke mulut

Metode-metode mengajar baca al-Qur’an
1.       Metode meniru (thoriqoh musyafahah)
Murid meniru/ mengikuti bacaan guru sampai hafal Baru dikenalkan huruf, tanda baca dan harokat
2.       Metode syntetic (thoriqoh tarkibiyyah)
Mengenalkan huruf hijaiyyah 28 dari alif sampai ya’ baru dikenalkan tanda baca (harokat) ini metpode turutan baghdadiyyah
3.       Metode bunyi (thoriqoh shoutiyah)
Mengenalkan bunyi huruf hijaiyyah ada yang memaparkan contoh disertai gambar
4.       Metode mengenalkan (cara membaca al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah bacaaanya)
Mengenalkan huruf bersyakal tanpa dieja
Ini yang diperkenalkan Qiraati dengan tujuan agar pengguna dapat membaca al-Qur’an dengan tartil
L.       Pengajaran Al-Qur’an
Keberhasilan Sistim Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh 2 hal
1.       Kualitas dan kemampuan guru mengajarnya
2.       Metodologi pengajarannya
Kualitas guru yang baik tanpa di dukung metode mengajar yang baik tanpa didukung metode mengajar yang baik atau metode mengajar yang baik tanpa ditunjang kualitas guru yang baikmaka jangan mengharapkan hasil pendidikan menjadi baik dan berkualitas
Maka dalam qraati melihat faktor tersebut maka setiap pengajar menggunakan qiraati akan ditashih terlebih dahulu
Al-Qur’an memang dituntut perhatian khusus karena orang yang membaca al-Qur’an diharap dapat membaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid atau membaca al-Qur’an sesuai dengan yang diajarkan Nabi sebagaimana yang dipelihara dan dirumuskan ulama al-Qur’an
Jika seorang guru belum mampu membaca al-Qur’an secara baik dan benar maka jangan diharap seorang peserta didik akan mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Tujuan utama disusunnya buku Qiraaty adalah agar guru pengajar al-Qur’an dapat mengajar cara membaca al-Qur’an dengan cepat dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Yang mendasari ditulisnya metode qiraati oleh KH Dachlan salim Dzarkasy adalah
M.    Koordinator
Koordinator adalah sebuah lembaga yang pengkoordinir keberadaan sejumlah TKQ-TPQ yang menggunakan buku Qiraati dan diketuai oleh seorang ketua koordinator
Yang berhak mengangkat koordinator adalah KH. Dachlan salim zarkasyi begitu pula memberhentikannya. Maka tidak mungkin mengajukan diri atau minta menjadi koordinator, dan jika ada yang minta maka tidak mungkin akan diangkat.

Syarat menjadi koordinator
1.       Memiliki lembaga pengajaran Al-Qur’an(TK-TPQ) yang berfungsi sebagai tempat latihan bagi calon pengajar al-Qur’an yang menggunakan qiraaty atau untuk studi banding.
2.       Mengadakan pembinaan pengajar al-Qur’an yang menggunakan qiraati di daerah sekitarnya
3.       Mendirikan TKQ-TPQ Fillial (Cabang) sampai sekiranya sudah siap diangkat kepala sekolah
4.       Berusaha mendirikan Koordinator cabang (Korcab)
Korcam adalah
-          Memperpendek jarak antara TKQ-TPQ yang ada di daerah masing2
-          Menyamakan harga buku dengan semarang
-          Membantu melaksanakan program kerja koordinator
5.       Amanah pengedaran buku Qiraati dengan koordinatornya
-          Tidak semua orang boleh mengajarkan qiraati
-          Motto “ tidak semua orang bisa menggunakan Qiraati tapi Qiraati bisa diajarkan kepada semua orang”
Tugas Koordinator
1.       Memberikan penjelasan berkaitan dengan pendirian TKQ-TPQ
2.       Mengadakan Pentashihan calon pengajar al-Qur’an dngan menggunakan buku Qiraati
3.       Megadakan pembinaan kepada para calon Guru yag gagal Tashih
4.       Memberikan penataran (penjelasan pengajaran) bagaimana teknik mengajar Qiraati yang baik
5.       Mengadakan pengetesan terhadap calon khotimin (anak didikyang akan khatam) sewilayah kabupaten(kotamadya)
6.       Memberikan syahadah bagi calon guru pengajar al-Qur’an yng lulus tes atau layak mengajar dengan  buku Qiraati
7.       Melacak atau mencari tahu sekiranya ada buku Qiraati diluar jalur prosedur penyelenggaraan buku Qiraati
Penataran Metode qiraati
1.       Memperkenalkan pengajarang  al-Qur’an dengan menggunakan uku Qiraati dan mengadakan tindak lanjut degan pentashihan atau pembinaan
2.       Peserta penataran adalah mereka yag sudah lulus tashih atau setidaknya lulus jilid 6
3.       Yang berhak mengadakan penataran adalah koordinnator wilayah setempat / koorcam
4.       Jika ada yang akan mengadakan penataran diluar wilayah koordinatornya, haruslah sepengetahuan koordinator setempat agar tidak terjadi salah paham.
5.       Peserta jika belum pernah ditashih maka diadakan penjajagan awal dan diinformasikan terlebih dahulu bentuk penilaian dalam tashih.
6.       Hasil tashih kemudian dibuat kelompok pembinaan oleh koordinator.
N.     Khataman
1.       Menurut KH. Dachlan Salim Zarkasy, istilah khataman adalah khataman pendidikan yang meliputi
a.       Jilid 1-6
b.      Ghorib dan tajwid
c.       Khatam al-Qur’an Binnadzor
2.       Khatimin adalah anak yang telah belajar Qiraati jilid 1-6 Di TPQ-TKQ beserta ghorib, tajwid dan al-Qur’an
3.       Yang berhak menyatakan boleh mengikuti khataman adalah koordinator setempat setelah dites kemampuannya bukan kepala sekolah
4.       Proses khataman
Pemakai Qiraati hanya dibenarkan pakai istilah Kataman dan Imtihan tidak pakai toga dalam acara khataman.
5.       Acara Khataman
Minimal :
a.       Baca besama surat attakatsur-annas-alfatihah-awal dan akhir baqoroh
b.      Doa khataman dibaca oleh anak yang khatam / salah seorang guru TPQ/TKQ
c.       Sambutan-sambutan
d.      Imtihan meliputi :
                                                               i.      Pelajaran Ghoriib/lembaga khataman
                                                             ii.      Siswa dites secara acak dalam peraga
                                                            iii.      Pelajaran tajwid (tanya jawab)
                                                           iv.      Tamu undangan dimohon untuk menguji santri  yang mengikuti khataman agar tampak bahwa anak-anak tersebut layak khatam
                                                             v.      Ditutup dengan doa
O.     Langkah Langkah Pendirian TPQ
1.       Persiapan guru
a.       Mengirim calon guru ke PGPQ (Pendidikan Guru Pengajar al-Qur’an) di Raudhatul Mujawwidin
b.      Mengadakan pentashihan calon guru
c.       Membina calon guru agar mampu baca dan mengajarkan al-Qur’an dengan baik
d.      Memliki kelayakan dalam berakhlak islami
2.       Memahami metode qiraati
keberhasilan suatu program pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh 2 hal yang saling berkaitan
a.       Kualitas guru dan kemampuan mengajarnya
b.      Metodologi pengajarannya
3.       Materi qiraati
4.       Penguasaan kelas
Yang berkhak mentashih
1.       Pengelola Qiraati pusat semarang
2.       Yang ditunjuki (koordinator tinggat kabupaten atau wilayah)
sedang korcam bertugas mentashih awal untuk ditashih di tingkat yang lebih tinggi
yang diharuskan dibaca adalah cuplikan ayat-ayat a-Qur’an yang ada pelajaran Ghoribnya
Ketentuan Kelulusan
A+          : Lulus dengan baik
A             : Sampai tingkat Ghorib
B             : sampai Nun sukun (jilid 4)
C             : sampai Mim sukun (Jilid 3)
D             : bacaan mad (Jilid 2)
E              : tidak tahu huruf/harakat
Pesan Ulama Salaf
-          Hati-hatilah dalam mengajarkanmembaca al-Qur’an
-          Jangan sembarangan dalam mengajrkannya
-          Jika sembarangan akan mendapatkan dosa(jika salah)
Maka yang perlu diusahakan :
1.        Peningkatan kualitas dan kemampuan guru-guru pengajar al-Qur’an
2.       Mengenal dan memahami serta memilih metode mengajar membaca al-Qur’an yang paling baik dan tepat serta nyata hasilnya
Peningkatan kualitas dan kemampuan guru dapat dilakuakn dengan :
1.       Pembinaan bacaan al-Qur’an secara benar sesuai dengan dasar kemampuan guru
2.       Pembinaan dan latihan terhadap metode yang dipilih
3.       Pembekalan ilmu penunjang seperti psikologi ilmu mengajar metode

                 
 



Pengikut

Artikel Lainnya